Minggu, 19 Februari 2017

Wisata Kali: Blue Lagoon

Ada tempat yang menarik jika berkunjung ke Yogyakarta, tepatnya di Widodomartani, Ngemplak, Sleman sedikit di selatan pasar Jangkang: Blue Lagoon! Nama ini unik, mungkin terinspirasi film Blue Lagoon yang dibuat tahun 1949, atau Blue Lagoon 1980 yang lebih baru atau Return the Blue Lagoon tahun 1992. Plot cerita 3 film itu nyaris sama.
Namun jangan membayangkan di Desa Wisata Blue Lagoon ini bisa ditemui  Laguna air asin yang dikelilingi karang atol, barrief reef, yang ada adalah Kali Tepus yang mengalir dari lereng Merapi dan berakhir di selokan Mataram. Kali berair bening ini membuat kelokan di Desa Wisata ini dan membuat semacam kolam renang alamiah panjang yang bisa dipakai berenang-renang dengan tebing batu cadas. Dingin dan segar tentu.
Beberapa foto berikut ini bisa menjadi pertimbangan untuk refreshing disana, sifat alamiah tempatnya bisa membuat tenang pikiran.
        Kalau berjalan menyusur sungai ke arah utara ada sendang Wadon disana, saat ini jembatan untuk menyeberang sungai kearah sendang tersebut terbuat dari bambu, bergoyang-goyang!



Anak-anak harus pakai pelampung
Orang dulu bilang :"Adus kali"
Ingin berakting sebagai Tarzan, bisa!
Tempat ini mirip cerita  legenda Jakatarub dan Nawangwulan.
Bersantai dengan keluarga
Nama ini mengingatkan film Blue Lagoon, provokatif!
Terasa serba nDeso dan unik
Sungai ini terlihat tenang dan bersih

Just relax!

Minggu, 08 Januari 2017

Suwanting romantisme lereng Merbabu

Suwanting sebuah nama dusun yang terdengar manis dan romantis. Itulah adanya, anda segera tahu keramahan penduduknya jika sudah sampai disana. Bagi para pendaki gunung Merbabu, nama ini sangat dikenal karena ini dusun pertama di jalur selatan  lereng gunung Merbabu Magelang Jawa Tengah, yang harus dilalui lebih dahulu. Suwanting yang subur dan tenang jauh dari keruwetan kehidupan yang pelik seperti di kota, mungkin lebih mengena disebut Suwanting memberi suasana tenang dan tentram.
Pagi itu sekitar pukul 09.30 WIB  kabut menutupi lembah dan jalan "double track" yang akan kami lalui membuat suasana serasa kuncup di hati. Bagaimana tidak, kami akan menelusuri lereng Merbabu melaui jalan ditepi tebing dan jurang dengan sepeda motor melintas lembah pertanian yang menganga serasa mau menelan jika sedikit saja salah mengambil jalur.
Jalur menuju Suwanting kami tempuh melalui jalur kecamatan Dukun Kabupten Magelang, naik ke Ketep Pass kemudian menuju ke Suwanting, menelusur lembah merbabu dan tembus di jalan raya menuju Boyolali tepat di sebelah utara gunung Merapi dekat dengan Wonolelo rest area. Dalam perjalanan antara Dukun - Ketep itu kami sempat menelusuri 3 candi, Candi Lumbung, Candi Asu dan Candi Pendem,  yang diperkirakan dibangun pada awal abad IX saat pemerintahan Mataram Kuna.
Inilah beberapa foto perjalanan itu:


Candi-candi "Perwara" rata-rata punya nasib sama, tidak utuh!
Reruntuhan Candi Asu, tidak menunjukan keterangan detail

Pahatan batu ini memang mirip Anjing (Asu, bahasa Jawa)
Candi ini berada di bawah permukaan tanah (Pendem, Jawa)  
Jalan menuju Candi Pendem
Di pondasi candi Pendem ada ceruk permainan Dakon.
Candi ini tempat aslinya beberapa puluh meter di tepi kali Apu,
dipindah karena letusan Merapi 2010. 


Dari tempat ini bisa melihat lanskap utara Merapi yang indah




Lembah Boyolali antara Merapi - Merbabu

"Strawberry House" nampak dari Ketep Pass


Jalan dilereng Merbabu menuju Pos Pendakian Suwanting
Inilah dusun Suwanting yang menawarkan keramahan
Pak Bardi dengan ramah menjelaskan route pendakian 
Petani Suwanting, ramah!
Awesome! Srikandi Suwanting, more than just a racer,believe it!
Subhanallah! lihat kami hanya titik kecil di jalan
 menuju Puncak Kedungrojo
 


Sebagai akhir perjalan pada hari itu yang sepanjang lebih dari 121 km dengan mengitari lembah lereng Merapi - Merbabu, kami sempatkan menuju Masjid, untuk shalat Luhur di situs makam Haji Kiai Raden Santri, Gunungpring, Muntilan, Magelang. Pastikan anda sehat dan kuat kalau mau kesana, Masjidnya luas dan bersih tapi anda harus menaiki tangga yang lebih dari 200 step, lumayan untuk mengetahui jantung, kaki, tulang belakang dan paru-paru anda sehat! Pada saat kembali kami memilih  rute melewati Ancol, Kalibawang, Kulonprogo. Di rute ini kendaraan bisa dipacu lebih dari 80 km perjam. Wuuzz...

Ada rest area setelah 50an step
Kemiringannya mencapai 30 derajat..


Wa Allahu bissawab, just relax! 

Senin, 21 November 2016

Melintas Jonggrang Plateau

Masih mengenai dataran tinggi di kawasan Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, tempat yang ramah penduduknya dan mempunyai banyak tempat menarik untuk di lihat. Penasaran dengan nama Jonggrang plateau akhirnya kami lintasi suatu trek menuju sebuah lembah di puncak pegunungan Menoreh yang menyimpan goa alam, goa Kiskendo!. Jalan menuju ke arah goa tidak banyak menantang adrenalin. Sebuah jalan tembus melintasi pegunungan Menoreh menuju kota Purworejo. 
Jalan memang menanjak dan menurun  tetapi mudah dilintasi. Dibandingkan dengan trek menuju Suralaya dari kebun teh di Nglinggo perjalanan ke goa Kiskendo menjadi terlalu mudah.Hanya nanti ketika kembali dengan melintas jalan raya Kenteng Purworejo di Nanggulan ada jalan menurun tajam, asal hati-hati semua bisa dilintasi dengan aman. Inilah beberapa gambar yang bisa memberi gambaran tentang alam disekitar goa Kiskendo:



Keseluruhan jalur tempuh
Kalau menemui tanda ini
berhentilah sebentar, lihat !
Beberapa tanda penunjuk jalan yang
bisa ditemui
Dari Tompak View!
Diujung sana ada Samudra Hindia,
tampak dari Tompak View
 Angin sejuk - dingin bertiup melalui lembah ini, kearah gardu pandang di Tompak View.
Alam  Kiskendo adalah sebuah
lembah, naik-turun!
Ada Theatre terbuka di
tengah taman.
Taman ditengah lembah
Theatre terbuka berlatar belakang
Pendapa Jawa
Taman di lihat dari bukit diatas Goa
Pendapa di taman Kiskendo, bisa
untuk istirahat.
Tangga ke atas bukit sisi timur
kurang perawatan
Lembah Kiskendo dari atas bukit,
indah!
Tangga naik-turun bukit, pastikan
anda cukup
sehat untuk melalui
Pintu goa Kiskendo, ajaklah guide
agar lebih nyaman!

Secara umum goa Kiskendo dengan tamannya cukup asri untuk melepas lelah tapi harus diketahui posisi goa ini berada pada suatu lembah diatas pegunungan. Pada saat masuk ke taman ataupun ke goa jalan memang menurun namun jangan kawatir semua aman untuk dilalui, tetapi saat kembali kearah parkir motor atau mobil atau saat menuju pintu keluar, kejadiannya adalah sebaliknya, harus berhenti beberapa saat untuk tarik nafas. Hallo Dinas Pariwisata Kulonprogo, bagaimana kalau dibuatkan tangga berjalan? tentu lebih nyaman!
Siang itu kami kembali on cycle melintasi punggung bukit dan mampir warung bakso di dusun Jonggrangan. Lho Jonggrangan? apakah Van Bemellen pernah kesini?!


Just relax!


Selasa, 18 Oktober 2016

Melintasi Oblong Dome

Oblong Dome
Barisan pegunungan di sisi barat kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari geomorfologi zona Jawa Tengah bagian selatan yang berupa bentangan berbentuk Plato (Plateau) dengan perkiraan panjang 32 kilometer dari selatan ke arah utara dan lebar barat ke timur bisa mencapai 20 kilometer. Plato yang luas ini di kenal dengan nama Plato Jonggrangan. Oleh Van Bemellen (1948) Plato ini diberi nama Oblong Dome. Kemiringan lereng rata-rata 15 derajat sampai 16 derajat dengan variasi ketinggian antara 100 - 1200 meter.  Daerah ini sekarang menjelma menjadi Kecamatan Kokap, Girimulya dan Samigaluh. Lintasan Kokap - Girimulya sengaja tidak kami lalui karena berdasar peta lintasan yang menantang adalah trek Samigaluh - Kebun Teh - Puncak Suralaya yang trek jalannya berada di puncak pegunungan dan turun ke Ancol Kalibawang. Di daerah inilah kami melintas, jalan menanjak-berkelok-menurun dan rusak parah saat menuju puncak Suralaya dari kebun teh di Nglinggo, Samigaluh.
Sehari sebelumnya trek jalan di Oblong Dome ini sudah kami pelajari. Pemilihan menggunakan motor besar dan berat kami singkirkan. Memilih motor kecil dan ringan antara 100 - 150 cc lebih masuk akal. Akhirnya dua motor, Matic 150 cc dan  Cub 110 cc meluncur dan hari itu cuaca cerah berangin motor bisa dipacu sampai 70 - 80 km/jam setelah lepas dari Godean melintasi jalan mulus di antara persawahan menuju Desa Wisata Nglinggo.

Jalur berangkat melalui Godean-Kalibawang-Samigaluh-Kebun Teh Nglinggo- Ancol Kalibawang dan kembali ke Godean

Jalur berangkat relatif mudah ditempuh, tantangan baru terasa ketika mulai dari Pasar Nglinggo dan naik ke Kebun Teh tapi masih bisa diatasi. Sampai di Kebun teh bisa beristirahat sambil memandangi lanskap yang menawan. Bahkan puncak gunung Slamet bisa dilihat dengan jelas.

Menuju puncak Gunung Jaran
Lanskap perkebunan teh
Gunung Manten, seperti gunung Kelir, berupa
singkapan batu gamping
Puncak gunung Slamet

Dari kebun teh terus menyusuri jalan utama bisa ditemukan sebuah Masjid di dusun Tritis yang letaknya persis di depan rumah dukuh Tritis.

Air di mesjid ini dingin
Warung dukuh Tritis

Berbekal keterangan dari penduduk, Puncak Suralaya hanya berjarak 4 km lagi, menurut Google Map jarak Kebun Teh Nglinggo - Suralaya 7 km, kemudian kami kesana. Terasa sekali motor matic tidak mempunyai engine brake ketika menuruni bukit tajam, berkelok dan panjang sehingga hanya mengandalkan rem. Itu menakutkan. Ketika memasuki area jalan yang rusak dan berbatu-batu lepas, sempat terpelanting tak terkendali. Kalau ada yang mau mencoba melintasi jalan dari kebun teh ke Suralaya dengan matic, not recomended saat ini karena jalan masih diperbaiki tambal sulam padahal trek-nya naik tajam, menurun tajam berbelok tajam, tepi jurang! Kecepatan yang bisa ditempuh sampai 20km/jam, jalan berstruktur batuan kerikil lepas, berpasir campur tanah, jangan berharap kalau motor di rem akan berhenti tapi malah selip. Jadi harus pelan. Matic yang saya pakai pada saat melalui jalan menurun kalau di rem cenderung selip kekanan, cukup menguras tenaga! Setelah berjuang keras baru beberapa ratus meter sebelum Suralaya jalan lumayan baik.
Walau mendebarkan akhirnya sampai juga ke Suralaya. Inilah beberapa fotonya:

Lanskap yang menawan!
Sebelum berangkat ke Suralaya, nampang dulu!
Mampir ke petilasan Kawidodaren
Kawasan mistis antara Kebun Teh - Suralaya
Itu bukan sekedar Gasebo biasa tapi tempat meditasi
Puncak tertinggi di pegunungan Kulon Progo, tidak bisa
 melihat lanskap, pohon dan bangunan tidak tertata baik.

Pulang dari Suralaya ke Godean sempat mampir ke dusun Tonogoro tempat durian Menoreh dan embung buatan.

Icon buah Durian
Embung isi ikan air tawar

Lanskap yang menawan
Bersih menawan


Just Relax!