Jumat, 12 Oktober 2012

Folklor tradisi

Well, kita ketemu lagi setelah lama tidak bertemu. Kali ini anda saya ajak untuk mengenal seni tradisional khususnya budaya Jawa. Keris misalnya, orang Inggris, Belanda maupun Chech menyebutnya Kris. Tentang Keris saat ini hanya seperti dongeng. Setiap orang tahu Keris pernah jaya di zaman kebesaran kerajaan-kerajaan di Jawa. Jangan meremehkan Jawa. sekarang ini penduduknya mencapai 130 juta orang. Ini lebih besar dari penduduk negara Jepang, atau Meksiko, atau Perancis.
Saat ini orang hanya mengenal melalui buku-buku yang ditulis oleh para pecinta budaya, atau melalui cerita para kolektor atau bahkan dikarang sendiri. Orang tertarik pada Keris karena cerita yang menyertainya bukan karena kerisnya itu sendiri. Empu pembuat keris hanya tersisa sedikit bahkan langka adanya, lagi pula mereka tidak pernah bercerita tentang keris, jadi kesimpulannya Keris dalam arti sesungguhnya hanya seperti dongeng menjelang tidur antara ada dan tiada.
Keris yang dijumpai saat ini adalah keris asesoris dibuat mirip bahkan dihiasi dengan emas intan berlian dan secara fisik amat gemerlap bahkan ditatah sangat rapi, tetapi dilihat dari arti Keris yang sesungguhnya Keris sekarang ini hambar tanpa arti sama sekali, tak berbobot. Mungkin anda tidak percaya kalau saya tunjukkan ada catatan kuna tentang bahan pembuat keris terutama besinya. Para ahli keris zaman sekarang sering mencibir tentang besi pembuat keris ini. Coba saja kalau saya sebutkan besi Karang Kijang (apa itu?) atau Mekangkang Jaler dengan warna hijau lumut? atau besi Siyem dari tengah laut yang berasal dari taring ular? Anda pasti bingung. Mungkin para ahli metalurgi bisa menjelaskan.
Besi adalah bukan produk asli bumi. Suatu ketika planet lain menabrak bumi pada saat awal pembentukan planet-planet. Kebetulan planet penabrak ini banyak mengandung besi. Mungkin salah satu pecahan itu masuk kelaut dan jadilah besi taring naga itu. Hebat, besi taring naga ini bersifat panas. Para empu keris faham yang ini.
Keris ini dari zaman Majapahit buatan empu Sedayu, sampai sekarang
besinya masih harum wangi.



                 
Tiga jenis senjata tradisional, keris dengan pola Luk (atas),
Lurus (tengah) dan mata tombak. Semuanya punya ciri khas sendiri.



Secara tradisi Keris dipakai di pinggang belakang, jika
kondisi berbahaya dipakai di depan perut.


Selain senjata jenis tradisi lain adalah tari. Segala sesuatu yang bertema masa lalu dan sekarang masih dilestarikan kita sebut tradisi. Berikut ini adalah beberapa bentuk seni tradisi seperti tari dan pakaiannya.
Dandanan dan pakaian seni tradisionil tari Lengger dari Kabupaten
Banyumas yang dibawakan oleh siswa SMKN 3 Banyumas Jawa Tengah
pada saat Festival Seni Internasional di P4TK SB Yogyakarta 2012



Tari Lengger in action
Goyangan seksi tari Lengger

Pendukung suara tari Lengger di latar belakang,
aktris perempuan itu disebut sinden.



Alat tiup dari bambu ini mengeluarkan suara Bas seperti Gong
pada instrumen gamelan Jawa.

Tais Timor, Timor Leste full asesoris...meriah.
Sebagian dari anggota grup tari "Lita Monteiro" dari Timor Leste.
Kombinasi dari Portuguese dance dan tradisi Timor Leste.
Lihat saja garis selendangnya.

Kalau tadi mengenai pakaian dan tari tradisional, ada juga tari dan tradisi yang berasal dari masa lalu yang berlatar belakang sejarah. Misalnya tari Soreng dari Temanggung Jawa Tengah. Tari Soreng mengambarkan latihan perang para prajurit pada masa lalu. Sekedar tahu saja, Temangung dan sekitarnya banyak ditemukan situs-situs kerajaan Mataram kuna. Diduga kerajaan Kalingga (sekitar abad 6M) dan ratu Simha yang adil berada disitu.
Pada seni tradisi lama selalu ada Buto yang tampil. Ini adalah lambang
disharmoni kehidupan. Gen Buto bisa hinggap pada siapa saja dan menimbulkan
ketidak harmonisan. Sesuai namanya tarian nya menarik dan agresif.

"Wuaah...ha...ha...ha...aku buto galak solahe lunjak-lunjak (tingkah sulit
diduga)". Energik. Perhatikan kalung tali warna hitam dan kuning yang terjurai
ke bawah dari leher. Itu simbol kesaktian.

Lurah prajurit prajineman selalu tampil unik dan lucu
Kalau Lurah unik, anak buah juga lucu. Selendang tali merah putih itu juga
simbol kesaktian. Maknanya berani karena benar.

Ada prajurit wanita diantara mereka
Prajurit wanita bersenjata pedang pendek, memakai ikat kepala
seperti  laki-laki dan berbaju lurik.

Selain golok, prajurit laki-laki juga bersenjata pecut sakti. Mungkin ada
korelasi kesaktian antara Soreng-Jathilan dan Reog Ponorogo.

Dalam pertempuran itu akhirnya gen buto harus kalah.
Seperti dalam kehidupan yang jahat akhirnya harus musnah.

Lain Soreng lain dengan Kethek Ogleng dari Wonogiri Jawa Tengah. Kethek Ogleng dipetik dari tokoh Ramayana, Hanoman si kera putih. Hanya saja di seni tradisi ini, Hanoman bukan lagi pahlawan tapi berubah menjadi kera jenaka dengan segala tingkah akobatik nya. Kethek ogleng ini menghibur dan membuat tertawa.
Inilah wajah kethek itu. Tidak ganteng!
Kera harus terampil memanjat.
Akrobatik
Dasar kera dimanapun tidak kenal sopan santun.
Lepas ke tengah penonton.
Usil mencuri adalah ciri khas kera, kali ini dia dapat tas penonton.
Pada cerita Ramayana, tokoh kerajaan Alengka ini termasuk yang harus
di kalahkan oleh Hanoman si kera putih.

Tak pelak lagi dalam tradisi itu, semua yang ber gen buto harus bisa dikalahkan. Simbol disharmonisasi itu bisa dilihat dari asesoris dan tingkah laku yang menyertainya. Tanda-tanda disharmonisasi itu kalau diberi kepercayaan dia tidak amanah, kalau berjanji mengingkari dan kalau membeli tidak mau membayar...?!

 Just Relax!