Rabu, 06 November 2013

Misteri Obsidian


Cerita tentang Obsidian di khasanah per-akik-an termasuk digolongkan dalam batuan membawa keberuntungan. Bahkan di Eropa batu ini dipercayai sebagai jimat pengusir roh jahat yang harus dimiliki di  tiap rumah. Lihat saja berbagai pendapat ini: 
1. Memperlancar peredaran darah
2. Memperkuat sistem imun tubuh
3. Membantu proses detoksifikasi pada tubuh
5. Mempercepat penyembuhan semua penyakit
Atau pendapat yang ini:
Batu obsidian dipercayai memiliki pengaruh-pengaruh antara lain;
1. Menyembuhkan penyakit yang terdapat di area sirkulasi darah.
2. Menghilangkan penyumbatan dalam aliran darah pada  masa proses penyembuhan.
3. Meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan.
4. Orang juga percaya siapa yang memakai batu ini akan mempunyai kekuatan gaib dan dirinya akan dan
    terlindungi dari penyakit kulit.
 5.Dalam sisi astrologi, obsidian di kaitkan dengan zodiac Sagitarius dan hadiah pernikahan yang sangat 
    diharapkan.
Obsidian bukanlah batu dalam arti benar-benar batuan tetapi lebih merupakan batuan beku ekstrusif dari peristiwa erupsi vulkanik. Ketika gunung meletus ada aliran lava yang masuk ke air atau sungai atau danau dan tentu saja membeku dengan cepat. Setelah mengalami masa ribuan tahun dan tanah tersingkap maka nampaklah obsidian itu berwarna warni tergantung pada mineral yang ada disitu. Obsidian juga dikenal dengan sebutan kaca vulkanik karena bening tampilannya dan seorang geologi mineralogi Fredirich Mohs memberi nilai kekerasan antara 5 - 5.5 pada skala yang dibuatnya. Nilai ini didasarkan pada kemampuan menggores dan digores oleh batuan lain yang lebih keras. Sebagai pembanding intan mempunyai nilai 10 pada skala Mohs.
Lantas apa hebatnya batuan obsidian? Selain cerita tentang lava yang membeku di air tadi juga adanya susunan mineral yang terdiri dari 70 - 75% berupa SiO2, dan MgO, Fe3O4  inilah yang diduga bisa memantulkan gelombang Alfa. Menurut cerita mahluk halus suka keluyuran pada level gelombang ini.

Walahualam bisawab.

Berikut ini berapa foto batu Obsidian:

Obsidian ini besarnya mendekati satu kaleng roti wafer, warnanya biru.


Mineral yang terjebak menyerupai jarum pentul itu menunjukkan 
kemana lava mengalir.

Ornamen gelembung udara yang terjebak seperti itu
memberitahu kita bagaimana proses terbentuknya Obsidian saat itu.
 Mungkin didalamnya ada informasi ribuan tahun yang lalu.

Warna unik batu Obsidian, anda ragu bagaimana itu?


Inilah jawabannya, Obsidian memang mirip kaca tembus pandang!

 
Yang ini bukan obsidian tetapi fosil kayu, sangat beda  texturnya.

Cocok sebagai tempat hiasan.



Just Relax!

Minggu, 29 September 2013

Pantai Selatan Yogyakarta

Kalau sedang di  Yogyakarta, setelah melihat-lihat produk budaya dan wisata sejarah beri waktu juga berkendara menuju ke pantai-pantai selatan di Yogyakarta. Banyak cara bisa ditempuh menuju kesana, bisa memakai angkutan umum sampai jam 17.00 wib atau menggunakan kendaraan pribadi. Tidak seperti touring ke Pantai Baron dan sekitarnya di Gunung Kidul Yogyakarta yang berliku naik turun gunung, perjalanan ke Parangtritis  sangat gampang, dari kota Yogyakarta lurus saja ambil kearah selatan dari pojok Benteng Wetan kearah Parangtritis. Kira-kira perlu waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Parangtritis, Parangkusuma atau pantai Depok tempat para nelayan melaut. Kalau menggunakan sepeda motor kendarai santai saja nikmati terpaan angin laut sepanjang perjalanan khususnya sekitar 6 km sebelum pantai.
Pantai selatan Yogyakarta tidak sekedar lanskap keindahan natural tapi penuh dengan cerita misteri atau legenda. Banyak penduduk disana bisa membantu anda mendapatkan cerita itu, santai duduk di warung dan dengarkan mereka. Mereka dengan senang hati dan gembira akan membantu anda.
Sekitar 4 km sebelum masuk area pantai akan dijumpai jembatan Kretek yang dibangun sekitar tahun 90an. Dulu sebelum ada jembatan ini jika akan ke Parangtritis dan sekitarnya harus menyeberang menggunakan perahu sesek dari bambu. Saya pernah mengalami beberapa kali menyeberang melintasi gabungan sungai Opak dan Oya ini, asyik tapi was-was juga!

Jembatan Kretek
Sungai inilah yang dulu diduga, ribuan tahun yang lalu, membawa material pasir hasil erupsi gunung Merapi sampai ke pantai selatan Yogyakarta. Setelah mengalami terpaan ombak dan panas dingin cuaca akhirnya tertumpuk di sepanjang pantai Parangtritis dan Parangkusuma menjadi sand dune atau gumuk pasir yang unik. Konon gumuk pasir disepanjang pantai ini merupakan yang terluas ke dua setelah gumuk pasir di New Mexico.

Parangtritis sand dune. kalau pas tiba waktunya banyak bunga clere sede mekar disini.
Gumuk pasir Parangtritis menyerupai lengkungan bulan sabit.

Gumuk pasir dilihat dari atas.
Memotret di area selatan Yogyakarta sering menemui hal-hal mistis. Apa yang aneh di gambar atas?!

Tali diatas pohon itu tidak pernah nampak ada di posisi itu. Kalau anda menduga itu merupakan sulur atau akar pohon yang lebih tinggi, pohon seperti itu tidak ada disitu, lihat saja tidak ada bayangan pohon disitu.. Saya pernah mengalami hal yang sama, mengenai "tali" itu ketika memotret di Mangunan. Lihat disini!.



Batuan magma beku ini bisa ditemui di Parangkusuma, barat Parangtritis.
Batuan beku ini terjadi karena cairan magma menerobos sampai permukaan bumi dan beku disitu atau instrusi magma beku dibawah permukaan, kemudian karena peristiwa alam menjadi tersingkap dan nampak seperti itu. Tetapi ternyata lebih daripada itu, anda lihat pagar? itu ternyata merupakan salah satu pintu masuk kealam ratu selatan! Cempuri ini bersebelahan dengan sepasang batu cinta yang juga diberi pagar, tempat pendiri dinasti Mataram bertemu dengan ratu selatan! Woouw datang, lihat dan minta penduduk disitu menceritakan kisah romansa itu.

Barisan magma beku, masih di Cepuri Parangkusuma



Ini gerbang masuk batu cinta, berhadapan dengan cempuri batuan beku Parang Anom.

Datang dan berkunjung ketempat-tempat wisata sejarah menjadikan kita tahu bagaimana masyarakat dan budaya di tempat itu terbentuk. Walahualam bissawab!


Just Relax!











Senin, 08 Juli 2013

Pacitan diantara gunung

Kalau menurut saya dari pada menyebut Pacitan sebagai kota 1001 gua, lebih baik Pacitan  diberi sebutan kota diantara 1000 puncak gunung. Soalnya puncak-puncak pegunungan di Pacitan lebih cepat terlihat dari pada gua yang tersembunyi di dibalik perbukitan pegunungan itu. Memang Pacitan itu unik, datang ke Pacitan atau keluar dari kota Pacitan semua harus melalui jalan berkelok diantara puncak-puncak pegunungan. Anda bisa menikmati pesona alam lanskap Pacitan pada saat itu. Sepertinya Pacitan lebih mirip kota pelabuhan. Sepuluh menit berkendara ke arah selatan sudah sampai ke pantai Telengria. Cukup dekat bukan?!
Ketika saya mencoba mengikuti jalur Pacitan - Trenggalek melalui Tulakan, masya Allah jalannya berliku di tepian pegunungan. Meskipun tergolong jalur naik-turun normal tetapi boleh dikata tiap 100 meter jalan pasti berbelok. Bagi para sopir atau pengendara motor yang terbiasa lewat jalan itu merupakan kegembiraan tersendiri. Saya sempat berhenti dan menikmati teh panas bersama para sopir truk yang juga berhenti melepas penat. Para sopir dengan senang hati menceritakan jalan yang berkelok naik turun di pegunungan itu dan memang perjalanan yang cukup menarik. Saat ini (menjelang bulan Ramadhan 2013) beberapa ruas jalan sedang diperbaiki. 
Dari Yogyakarta menuju Pacitan melalui Piyungan, Wonosari, Rongkop mengambil jalur  Jalan Lingkar Selatan (JLS) sangat mulus dan indah. Sedikit jalan rusak sekitar kota Pracimantoro. 
Pegunungan seribu memang dahulu merupakan dasar lautan yang terangkat ke atas menjadi daratan karena proses penunjaman lempeng Australia yang menyusup dan membentur di bawah lempeng Asia di lautan selatan. - Ketika tulisan ini sedang dibuat kota Malang dan Blitar sedang di guncang gempa karena subduksi lempeng dua benua itu.- Akibatnya tanah terangkat dan terjadi lipatan-lipatan menjadi pegunungan yang membentang sepanjang pulau Jawa bagian selatan. Para ahli Geologi bisa menjelaskan lebih detil tentang hal ini.
Indikasi pegunungan seribu sebagai bekas dasar lautan yang terangkat nampak pada batuan kapur yang bergunung-gunung. Pegunungan ini di selatan Yogyakarta memuat simpangan ke arah utara dari sekitar Parangtritis menuju Boko - Prambanan membuat garis sesar Opak, dan Gantiwarno Klaten.
Barisan pegunungan yang ke arah timur sampai ke Pacitan dan terus ke timur sampai di ujung pulau Jawa . Pegunungan di Pacitan inilah yang saya lalui menuju ke Trenggalek. Sebenarnya saya hanya ingin berkunjung ke deretan pantai di Ngadirojo yang terletak di Kabupaten Pacitan ujung timur dekat perbatasan Trenggalek. Baru nanti saya tahu ketika akan kembali ke Pacitan ternyata ada Jalan Lingkar Selatan yang sangat mulus dan bebas hambatan, setidaknya sampai saat ini.
Di Ngadirojo banyak pantai bertebaran. Ada pantai Hadiwarno yang alami, Adimulyo dan lainnya. Ada pantai Ngadirojo yang berpasir putih, agak kuning, yang luas membentang dan nampak dari JLS. Banyak pengendara berhenti dipinggir jalan dan berfoto ria disitu.
Ketika kembali ke Pacitan melalui JLS perjalanan sangat lancar dan tidak bikin mabuk. Nampak jalan menembus perbukitan kapur. Ujungnya sampai pasar Arjawinangun Pacitan. Lagi-lagi baru saya tahu dari pasar itulah kalau berbelok ke kiri dari arah Pacitan akan melalui jalur pegunungan yang tadi saya tempuh, kalau belok ke kanan akan melalui JLS yang tadi saya tempuh ketika kembali dari Ngadirojo menuju Pacitan. Hari berikutnya kami menuju  Wonogiri, yang menjadi tujuan adalah Waduk Gajahmungkur. Dari Pacitan memerlukan waktu kira-kira satu setengah jam perjalanan. Jalan mulus dan sedikit berkelok-kelok. Sebagian ruas jalan memang tidak nyaman tapi relatif masih mudah di tempuh.
Sekitar tahun delapan puluhan, masih bisa dilihat ada bagian dari tepi waduk yang menyerupai image bodi gajah bagian belakang. Sekarang mungkin sudah terkikis atau proses alam gambar gajah bagian belakang sudah sulit dilihat. Pulangnya dari Wonogiri  menuju Pracimantoro relatif lancar mudah ditampuh.
Bagi rekan-rekan yang akan ke Pacitan melalui jalur selatan bisa dijadikan referensi perjalanan, berikut ini ada beberapa foto di sepanjang perjalanan:

Jalur mulus dan indah menuju Pracimantoro - Kota Wonogiri


Stalagtit di gua Gong Pacitan, batu Kuping Gajah (sejenis makanan)
Keindahan di gua Gong, batunya menghitam sering dipukuli dan berbunyi Guuuung...
Bentang alam di lihat dari sebuah hotel di Pacitan
Salah satu bentuk batuan kapur yang bisa dilihat di Pacitan, Jawa Timur
Keindahan di pantai Telengria Pacitan
Menjelang Sunset di Telengria
Pantai Hadiwarno di Ngadirojo Pacitan, masih alami.
Wuuuzzzz..., latar belakang pantai Adiwarno Pacitan.
Wrrrrrr..., Pantai Adiwarno Pacitan!
Jembatan Soge di alur JLS yang mulus dan sepi
Pantai Ngadirojo di Pacitan timur berpasir putih. Nampak sedang disemaikan dengan penghijauan.

 Berhenti melepas penat.

Just Relax!


Senin, 24 Juni 2013

Kuntul

Burung ini unik, selalu dekat dengan manusia terutama petani yang di sawah. Beberapa tahun silam jenis burung ini hampir selalu berpasangan dengan petani, sawah dan kerbau. Karena sekarang peran kerbau dalam membajak sawah diganti traktor, burung Kuntul terpaksa mencari habitat yang masih alamiah. Sekarang termasuk jenis satwa yang dilindungi.
Alkisah dusun Ketingan di Sleman, Yogyakarta termasuk unik saat ini. Sejak 1997 dusun ini menjadi dusun Kuntul karena ratusan atau mungkin ribuan, pokoknya banyak!, burung Kuntul ikut menghuni dusun ini berdampingan dengan penduduk di sekitarnya. Akibatnya juga unik, banyak turis dari manca negara Korea, Australia dan lainnya berkunjung ke dusun ini. Maka di sana lalu muncul beberapa home stay yang nyaman. 
Burung yang masuk jenis ordo Pelecaniformes famili Ardeidae genus Mesophoyx atau spesies Ardea intermedia atau dikenal juga dengan Egreea intermedia ini sebetulnya jenisnya banyak. Paling mudah ditemui di sawah-sawah yang berwarna putih atau keperakan.
Jenis Kuntul besar, Egretta alba adalah burung dari keluarga Ardeidae , dari genus Egretta. Burung ini merupakan jenis burung pemakan ikan, udang, belalang, larva capung yang memiliki habitat di mangrove, gosong lumpur dan pasir, sawah, laguna.
Kuntul kecil (Egretta garzetta) adalah sejenis burung  dari suku  Ardeidae (sekerabat dengan cangak) banyak di temui di Jawa dan Bali.
Berikut ini beberapa foto yang di ambil di dusun Ketingan, Sleman.

Dua burung Kuntul perak bertengger di pohon kelapa



Tempat pijakannya miring, tidak jatuh!
Yang ini ekornya sudah panjang

Kasihan, burung kecil ini jatuh dari atas pohon
Sedikit pesan jika anda ingin mengunjungi dusun Ketingan bawalah kamera yang mempunyai tele atau Zoom karena rata-rata burung bertengger di puncak-puncak pohon!

Just relax!

Sabtu, 01 Juni 2013

Plaosan

Melihat candi bisa mengalami seperti ini: terbayang masa lalu, kemegahan, unik, membuat orang menerawang jauh pada kehidupan masa silam  yang antah berantah.
Suasana agak berbeda jika mengunjungi candi yang satu ini. Candi Plaosan. Terletak sekitar 10 menit arah timur laut candi Prambanan. Banyak orang menyarankan jangan lewatkan kesana. Sejarah dibangunnya candi ini dikaitkan dengan riwayat Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan. Pikatan sang suami, menghadiahkan sederetan candi yang kita kenal sekarang dengan nama Plaosan. Tapi siapa sebenarnya Pramodhawardhani banyak ahli sejarah  simpang siur pendapatnya. Itu terjadi karena memang masih butuh penelitian lebih lanjut. 
Ada fakta sejarah  prasasti Rukam bertahun 829 Saka (907 M) yang saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia, disebutkan tentang peresmian restorasi desa oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Sebelumnya desa itu memang  hancur oleh letusan gunung berapi. Sebagai imbalannya, penduduk dusun Rukam harus merawat sebuah bangunan suci yang terletak di Limwung. Bangunan suci ini diidentifikasi sebagai Candi Sajiwan, sedangkan nama pelindung kerajaan yang disebutkan dalam prasasti ini : Nini Haji Rakryan Sanjiwana, diidentifikasi sebagai Ratu Pramodhawardhani, nama Sajiwan diyakini di dedikasikan untuknya. Candi Sojiwan dibangun antara 842-850 M, kira-kira dibangun di era yang sama dengan Candi Plaosan di utara Prambanan.
Jadi Plaosan dan Sojiwan/Sajiwan dibangun pada era yang sama, hanya berbeda peristiwa. Plaosan sebagai candi hadiah memang menawarkan rasa romantisme. Coba saja datang ke sana aura akan terasa berbeda dengan aura candi-candi lainnya. 
sayang seperti bangunan kuna lainnya yang dimakan usia, candi Plaosan meskipun sudah dipugar masih menyisakan reruntuhan yang belum tersentuh restorasi. Melihat cara ambruk-nya yang runtuh ke bawah (ambleg, bahasa Jawa) diduga dulu candi ini hancur karena gempa. Kalau gempa besar rata-rata terjadi 75 tahun sekali, paling tidak sampai saat ini sudah mengalami 13 - 14 kali gempa.
Inilah beberapa foto tentang candi Plaosan:

 
 Candi Induk dan candi perwara. Lainnya reruntuhan candi!


Candi induk dan deretan candi Perwara. Lainnya runtuh!

 
Deretan candi Perwara, lainnya runtuh!
Ini adalah candi Plaosan Kidul, nampak candi Induk utara di ujung sana!

Beginilah para pengunjung di candi Plaosan, menerawang jauh.....!



Just Relax!






Rabu, 22 Mei 2013

Remember Bali?

Nama  Bali itu bagaikan penyihir bagi para turis untuk datang dan menikmati isinya. Banyak hal yang bisa dilihat di sana. Mulai dari kehidupan tradisinya sampai hal baru yang banyak dibawa oleh para turis dari luar negeri.
Yang unik tradisi rakyat Bali tidak luntur oleh kemajuan zaman. Bentuk-bentuk tradisi malah banyak ditonjolkan. Tari Kecak misalnya, yang membawakan petikan kisah Ramayana masih bisa ditonton. Bahkan Tour and Travel malah menjualnya kepada para turis manca negara maupun domestik dan masarakat bisa mendapatkan keuntungan dari bisnis itu. Ibaratnya seperti Life museum. Masyarakat menyiapkan tradisnya dibeli para wisatawan dan hasilnya kembali ke masyarakat. Sayangnya pihak Dinas Pariwisata Bali kurang memperhatikan kebutuhan tempat ibadah bagi wisatawan muslim. Padahal mayoritas pengunjung adalah muslim. 
Hal senada satu-satunya, mungkin, hanya bisa di jumpai di kawasan Kotagede Yogyakarta. Di Kotagede khususnya dalam produk tradisi mulai dari makanan kuno, ukir perak sampai rumah-rumah tradisi masih bisa dijumpai.
Inilah beberapa foto tentang Bali yang bisa dipakai pertimbangan jika ke pulau Bali:

Naik parasut seperti ini bisa  didapatkan di Benoa


Ini Pura Tanah Lot yang terkenal itu. Banyak yang berfoto di situ

Tanda di dahi itu menunjukkan kalau sudah mengunjungi obyek wisata Pura Tanah Lot
Pantai Sanur dengan latar belakang gunung Agung. Banyak yang menantikan sunrise di sini.
Seorang anak dengan ibu bapaknya di pantai Kuta
Pantai Kuta banyak dikunjungi turis dari berbagai negara dan terkesan bebas. Kuta memang romantis'
Hutan wisata Sangeh yang sejuk menyimpan banyak kera di dalamnya. Hutan berupa hutan homogen pohon Pala. Kera ini suka meloncat naik ke bahu dan meminta makanan. Tenang saja tidak akan menggigit. Bawalah kacang atau potongan roti kecil atau pie yang lain sebelumnya agar bisa bercanda dengan mereka. Jangan khawatir di sekitar tempat itu banyak pawang yang setiap saat bisa membantu.

Posisi tangan harus seperti itu tempat kacang
atau roti  diletakkan. Memang Kera!
Menurut anda jabat tangan atau mengambil kacang?
Wisatawan, kacang dan kera

Just Relax!