Sewaktu sedang meluncur dari Gresik menuju ke Lamongan tanggal 12 Oktober 2014 yang lalu tanpa sengaja saya melihat gapura di kiri jalan yang bertuliskan ....Sunan Drajad. Sepintas teringat cerita tentang buku-buku -tepatnya adalah manuskrip yang ditulis di daun Lontar- karangan Sunan Bonang. yang diangkut oleh Belanda pada waktu menguasai Jawa tempo dulu.(Sn Bonang adalah ayah dari Sn Drajad, sumber lain menyebutkan bahwa antara Sn.Bonang dengan Sn.Drajad adalah kakak beradik, putra dari Sn.Ampel. Setelah mereka selesai berguru kepada ayahnya sendiri mereka bersama Sn.Giri, jadi mereka bertiga Sn.Bonang, Sn.Drajad dan Sn Giri berguru kepada Syeh Maulana Ishak di Samudera Pasai).Buku itu kini kabarnya disimpan di museum Leiden Belanda dan menjadi rujukan sosiologis dan sejarah mengenai Wali Songo ketika mengembangkan agama Islam di pulau Jawa. Di Indonesia sendiri saat ini tidak ada buku yang sejenis itu. Untung atau buntung?
Sambil meluncur ke Wahana Bahari Lamongan di kepala saya berkecamuk berputar-putar pertanyaan sekitar keberadaan wali songo. Sekarang ini kalau anda mencari referensi tentang wali songo hanya akan anda temui pada sumber-sumber lama sedangkan pada ensiklopedi-ensiklopedi Islam terbitan terbaru seperti Ensklopedia Islam setebal delapan jilid terbitan Ikhtiar Baru Van Hoeve dikabarkan tidak memuat entri tentang wali songo.
Keberadaan wali songo sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa memang lebih banyak dikenal masyarakat lewat cerita tutur,di bumbui dengan cerita kesaktian dan keajaiban menjadi seperti dongeng pengantar tidur. Padahal ada sumber terpercaya yang sekarang kabarnya masih tersimpan di Museum Nasional Turki. Kanzul Hum karya Ibn Batutah.
Sampai di tempat parkir WBL saya segera mendekati penduduk mencari motor sewaan. Dengan ramah dan kepolosan khas penduduk pedesaan akhirnya dapat saya sewa motor untuk menuju ke tempat ziarah Sn Derajat. Saya ikuti rombongan lain yang menuju tempat makam diujung bukit yang tidak terlalu tinggi. Kalau saya tidak salah hitung ada 7 (tujuh) trap tangga yang harus dilalui dan setiap trapnya ada tulisan tertentu yang mengingatkan kesolehan hidup.
Ada fenomena unik ini dan bisa anda lihat dipintu masuk gerbang makam Sn Drajad. Mungkin masyarakat Jawa memang menyukai simbolisasi dalam kehidupan kesehariannya. Anda bisa menterjemahkan sendiri sesuai hati nurani fenomena ini. Salah satunya dengan menyentuh gawang atas pintu masuk itu adalah agar tetap ingat ajaran Sn.Drajad atau tetap ingat kepada Allah SWT. Inilah beberapa foto itu:
Ada fenomena unik ini dan bisa anda lihat dipintu masuk gerbang makam Sn Drajad. Mungkin masyarakat Jawa memang menyukai simbolisasi dalam kehidupan kesehariannya. Anda bisa menterjemahkan sendiri sesuai hati nurani fenomena ini. Salah satunya dengan menyentuh gawang atas pintu masuk itu adalah agar tetap ingat ajaran Sn.Drajad atau tetap ingat kepada Allah SWT. Inilah beberapa foto itu:
Gerbang menuju makam Sn Drajad |
Banyak pengunjung yang berusaha menyentuh gawang pintu masuk |
Rumah makam Sn Drajad - banyak pesiarah didalamnya |
Ini rumah asli kediaman Sn Drajad dari sisi depan |
Teman saya Bapak Gunawan didepan kiri rumah Sn Drajad |
Menurut Buku Kanzul Hum seperti yang telah banyak ditulis di berbagai situs web, pada mulanya Sultan Turki Muhammed 1 banyak mendapat laporan dari pedagang Gujarat kalau ada sebuah negeri yang agama Islam belum berkembang ditempat itu. Maka sebagai penguasa Imperium besar kasultanan Turki segera mencari beberapa orang yang dianggap pandai dan berkarohmah untuk di kirim ke tanah Jawa.Tentu saja dengan surat perintah resmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar