Jauhi stres dengan musik. |
Sebetulnya ada perasaan enggan menuliskan pengalaman-pengalaman yang punya sensitivitas di masyarakat, selain cenderung pribadi juga bisa melukai perasaan seseorang khususnya bagi yang sedang menyandang problem sosial. Tetapi memang ada pengalaman yang tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan walaupun secara teoritis mampu dicari dasar rujukannya dalam buku kedokteran jiwa atau syaraf tetapi ada kalanya terjadi ketika seorang dokter kemudian melakukan pemeriksaan harus angkat tangan atau berkata ngawur sekenanya, akhirnya penderita problem psikososial ini berhenti hanya menjadi catatan ingatan masyarakat.
Berikut pengalaman buruk yang dialami seseorang akibat adanya social rejection atau penolakan sosial dari kelompok atau lingkungannya. Pada umumnya social rejection menyebabkan sakit pada fisik orang yang mengalami. Penolakan sosial terjadi ketika seseorang dengan sengaja dikeluarkan dari kelompoknya atau sudah tidak diterima oleh lingkungannya.
Penolakan ini bisa meliputi penolakan interpersonal oleh rekannya sendiri, penolakan yang berkaitan dengan romantism dan kerenggangan keluarga. Seseorang
dapat ditolak secara individual atau dengan seluruh kelompok orang.
Dua contoh berikut tidak diambil fotonya karena untuk menjaga rasa aman bagi yang bersangkutan, sedang yang lain diambil contoh fotonya. Perlu diketahui kejadian ini adalah nyata bukan karangan:
Rabu 23 September 2015 seorang siswi SMK dari Pacitan sepulang dari melaksanakan Pelatihan Lapangan sampai di tempat kost langsung kejang seperti kesurupan, upaya medis sudah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil, singkat cerita akhirnya sadar hanya dengan dua botol air mineral. Siswi itu merasa sangat kesakitan fisiknya ketika laporan pelatihannya dinyatakan tidak bisa diterima padahal teman sekelompoknya lolos semua, dia merasa tersingkir dan merasakan penolakan sosial oleh lingkungannya karena dianggap tidak sama dengan yang lain.
Masih pada hari yang sama tapi jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, dua pasang muda-mudi pulang dari rekreasi di Telaga Putri Kaliurang Yogyakarta. Ada satu gadis remaja yang posisinya seperti naik kuda di boncengan sepeda motor, kaku seperti robot, tidak bisa ditanya atau membisu dan tidak mengenal orang disekitarnya. Upaya magis sudah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil, akhinya sembuh dengan sedikit sentuhan di arah cakra jantung, kalau anda faham dengan inner power cara itu sangat mudah dilakukan. Ketika dia sadar disitu ada ibunya yang sedang menunggui dirinya, semua berakhir dengan ceria seperti tidak terjadi sesuatu. Apakah kesurupan?.Tidak, dia hanya stres takut pada orang tuanya karena pulang larut malam, takut dimarahi takut ditolak tidak dianggap sebagai anak yang baik lagi. Gadis itu sudah merasakan penolakan sejak turun dari Kaliurang menuju ke rumahnya.
Peristiwa yang ketiga lebih keterlaluan lagi kejadiannya. Pagi subuh 25 Mei 2015, seorang ibu muda membawa segepok perhiasan termasuk cicin dan gelang dari emas dan sebuah jambu mete dengan sedikit pasir menempel di buah itu. Ketika saya tanya untuk apa semuanya ini? apa jawabnya? Perhiasan ini untuk bapak, ini batu dari mbah..(menyebut tokoh spiritual terkenal se Jawa) saya tidak kuat memakainya. Emas ini untuk membeli komputer untuk anak saya, tolong ya pak dijualkan. Iya, jawab saya. Nah jambu mete ini untuk apa?, Ini untuk makan bapak, makan ya pak! Ya, alhamdulillah saya terima, jawab saya.
Anehnya setelah itu ibu tersebut menjadi ceria ketika semuanya di iyakan, tidak merasa ditolak. Selidik punya selidik, pagi hari sebelumnya ibu ini dibuat kaget oleh sesama ibu-ibu yang sedang memasak daging sapi dalam rangka iedhul qurban, dengan bergurau dikatakan bahwa dia cocok kalau ikut disembelih juga sebagai korban. Kata-kata itu dirasakan sebagai penolakan sosial oleh yang bersangkutan sehingga stres dan sakit serta tidak sadar dengan perilakunya.
Inilah perangkat yang diserahkan ke saya pagi itu, gelang emas, cincin emas, batu dan kalung spiritual, tas wanita, wadah perhiasan. Laptop nya tidak termasuk, itu milik saya sendiri! |
Malam ini 25 September 2015 kisah bersambung dengan aktor yang berbeda, seorang pemuda Sarjana lulusan Universitas terkenal dan sedang menempuh S2 di bidang komputer di Yogyakarta datang diantar saudaranya. Bercerita sambil berkaca-kaca betapa sangat kecewa hidupnya karena ibu dan kekasihnya memberi penolakan, tentunya penolakan sosial dan romantism ya?, hanya karena dia senang dengan ilmu-ilmu spriritual.
Setelah dia bercerita banyak tentang Syech Siti Jenar, situs Bayat, Gua Cerme, pantai Sundak di tepi laut selatan Yogyakarta dan aneka sinar yang cemerlang dan saya menganggapnya hal biasa saja tidak ada yang aneh, eh...dia pulang dengan mengucap salam dan wajah ceria serta bisa naik motor sendirian padahal waktu sudah jam 22.00 malam. Walahualam bi sawab, hanya Allah yang tahu!
Bagi anda yang skeptis tentang hal-hal diluar nalar ini ada satu contoh tentang sinar melayang yang sempat saya potret beberapa saat yang lalu. Apa komentar anda? |
Just Relax!