Minggu, 09 November 2014

Sangiran Sekarang

Sangiran terus berkembang bahkan sekarang telah mempunyai empat buah klaster baru yang berada diseputar museum purbakala Sangiran pusat di Krikilan, Kalijambe, Sragen.
Klaster Dayu sangat menantang untuk dijelajah. Membentang luas dilembah Bengawan Solo. Uniknya di ujung bagian selatan museum ini ruang pamernya dikeruk kedalam dan di salah satu dindingnya berupa tanah yang berlapis-lapis dan saat tulisan ini dibuat masih ada fosil yang tertanam disitu. Belum jelas fosil apa.
Klaster Dayu menyimpan informasi lapisan tanah formasi Kabuh dan Grenzbank. Anda bisa melihat di anjungan yang disediakan secara riil on time. Diduga Sangiran dulu adalah sebuah bukit yang terkikis dan ambyar sehingga malah membentuk cekungan kedalam atau depresi dan terlihatlah sibakan tanah bebatuan berlapis-lapis yang mengandung fosil. Bahkan kabarnya kubah sangiran dulu berupa formasi Kalibeng yang terbentuk pada masa Pleistosen.
Klaster Dayu cukup luas antar bagian dihubungkan dengan anak tangga semen berundak. Bawalah air minum ketika menjelajah klaster ini. Ketika saya mengitari museum Dayu Kepala Museum Mr.Iwan yang ramah lulusan UGM 1985 juga membawa botol aqua di saku celananya. Anda harus sehat kalau mau tuntas mengelilingi klaster Dayu ini, tak perlu kawatir banyak gazebo dihalaman museum yang bisa dipakai istirahat. Bahkan ada musholla untuk sholat umat muslim.

Lembah yang indah di Klaster Dayu
Tentu yang dimaksud bukan semen untuk menempelkan tulisan itu
tapi tanah yang bergaris-garis itu
Keterangan itu menunjukkan museum Klaster Dayu dulu bekas dilalui sungai
Mr.Iwan menjelaskan fosil Dayu peliharaannya di anjungan selatan.

Dinding fosil dalam ceruk museum Klaster Dayu

Dari Dayu menuju museum Sangiran Klaster Bukuran melalui jalan Solo - Purwadadi masuk menuju kearah museum pusat Sangiran di Krikilan dan terus. Butuh waktu kira-kira 20 menit untuk sampai di Museum Purbalaka Bukuran. Berbeda dengan Klaster Dayu, Bukuran lebih banyak menampilkan displai museum yang sudah disentuh teknologi. Cocok untuk pengunjung individu atau kelompok kecil. Anda bisa membandingkan dengan Taman Pintar di kota Yogyakarta. Sedikit saja fosil asli yang bisa dilihat. Displai perkembangan evolusi manusia (bukan teori evolusi!) di tata dengan duplikat rangka manusia tetapi lebih nampak artifisial dari pada seni. Museum cukup luas dan ada tempat sholat.

Museum Purbakala Bukuran nampak depan
Formasi displai evolusi manusia di museum Bukuran.
Seperti  Rise of the Machines Terminator 3
Gambaran evolusi manusia, nampak artificial!
Formasi tanah di klaster Bukuran
Dari Bukuran menuju Klaster Manyarejo dekat saja tapi ada satu tanjakan yang harus hati-hati jika menggunakan mobil. Gampang saja, selesai tanjakan langsung belok kiri dan ikuti jalan beton sekitar 10 menit sampai. Manyarejo sudah masuk Kecamatan Plupuh, Sragen bukan lagi Kalijambe. Lahan parkir depan museum kurang ideal, jelas tidak ideal untuk parkir bus medium 33 seat. Harus berpikir ulang jika menggunakan bus. Nampaknya sekolah-sekolah lebih baik menggunakan mobil Van besar seperti Isuzu Elf atau bus mini. Displai museum klaster Manyarejo yang paling menarik adalah displai evakasi asli yang dibiarkan sebagai ajang kunjungan. Pengunjung bisa berimajinasi liar disitu. Misalnya mengapa fosil Banteng bisa berdekatan dengan fosil Gajah purba?

Gerbang masuk ke museum Manyarejo. Cukup sederhana.

Museum Manyarejo berada di puncak bukit, sehingga bisa melihat lanskap sekitarnya


Fosil kepala Banteng dibiarkan tergeletak untuk dilihat

Nampak lapisan tanah pada tiap kedalam tertentu
Siap menuju ke museum Sangiran Klaster Ngebung? Kendaran anda harus menembus hutan, pohon jati di kanan kiri dan jalan beton, santai saja karena lembah dikanan-kiri cukup indah untuk dinikmati. Kira-kira 15 menit sudah sampai di Ngebung. Halaman parkir luas. Ketika saya kesana suasana sepi karena sudah sore. Displai yang terpampang lebih banyak menggambarkan abad 19 atau awal abad 20 an.

Pintu depan museum Ngebung
Sisa fosil Gajah purba, tinggi dan besar, Bandingkan dengan tinggi pengunjung disebelahnya
Halaman parkir luas di klaster Ngebung
Dari Ngebung menuju museum Sangiran di Krikilan sekitar 20 menit, jalannya sudah tersambung rapi. Disarankan berhenti di gardu pandang. Anda bisa melihat hamparan luas situs sangiran. Tanah yang menyimpan misteri kehidupan di masa silam. Dasar lautan yang terangkat, tererosi, terdepresi, tertimbun material gunung Lawu dan mungkin juga Merapi di masa Pleosen tengah, awal dimulainya kehidupan Hominid. Herannya ketika menjelajah situs-situs purba itu saya kok tidak ketemu hantu? 
Lho apa hubungannya.....?

Just relax!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar