Senin, 23 April 2012

Sukuh dan Cetho

Terus terang baru sempat kali ini saya mengunjungi candi Sukuh dan candi Cetho di Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Candi kecil yang penuh kontroversi. Sukuh digolongkan pada jenis candi Hindu-Jawa karena ada Lingga dan Yoni disitu. Terletak pada ketinggian 910 m (3000ft) disisi barat Gunung Lawu, udaranya terasa sejuk. Pertama kali ditemukan tahun 1815 oleh Jhonson, staff Thomas Stamford Raffles Gubernur Hindia Belanda waktu itu. Tapi saya yakin dia hanya diberi tahu oleh penduduk lokal disitu. Kemudian diteliti lebih lanjut oleh Van der Vlis seorang arkeolog Belanda di tahun 1842. Sedang pemugaran pertama kali pada tahun 1928. Hanya seperti yang sudah banyak diketahui oleh banyak orang Sukuh memang saru. Terlepas dengan apapun filosofisnya tetapi pahatannya sangat vulgar dan membuat malu. Senang atau tidak senang tapi itulah Sukuh.
Kalau ingin ke candi sukuh ambil jalan dari Solo yang menuju ke Tawangmangu dan ikuti saja petunjuk arah ke candi tersebut atau tanya saja orang, jangan kawatir tak bakal sesat di jalan.

 Dengan lebar pintu seperti ini bisa diduga sulit dilalui orang berbadan besar.
Jadi dulu penghuninya kecil saja badannya. Gate di candi Sukuh.

Petikan cerita Murwakala, yang berpakaian hanya para pembesarnya saja. Juga perhatikan ada peserta yang nakal dengan menengok kebelakang!

    Kepalanya hilang, kemana harus membuat rujukan? Anunnaki, Haggadah atau Jatayu?

Pemandangan dari candi Sukuh, indah juga!

Diduga masih sezaman dengan candi Sukuh, Candhi Cetho terletak 12 km kearah barat utara Sukuh dan letaknya diatas bukit. Naik turun bukit melalui perkebunan Teh dan ketika sampai di Cetho memang pemandangan nampak cetho (jelas). Candi ini sebenarnya mirip pesanggrahan saja. Anda bisa membandingkan dengan candi Boko di selatan candi Prambanan Yogyakarta. Cetho sudah dipugar sekitar tahun 1970an oleh salah satu staf presiden Soeharto waktu itu. Diragukan keasliannya seperti yang terlihat sekarang. Pintu-pintu candi lebih mirip dengan pura yang ada di Bali.
Sulit membayangkan waktu itu bagaimana caranya membangun situs ditempat seperti ini. Sekarang saja jalannya meliuk-liuk ditepi perbukitan. Waktu itu tentunya masih berupa alas gung liwang-liwung atau hutan belantara yang sulit ditembus manusia. Mungkin para pembuatnya pada terbang yaa...
Foto-foto ini mugkin bisa memberi gambaran bagi yang ingi kesana:

 Pemandangan dari Cetho. Banyak Kabel dan antene membuat tidak asri.

Ini bukan ornamen patung orang Jawa tapi malah mirip dengan gambaran orang Sumeria zaman dulu. Kesasar sampai Jawa mungkin atau ada tangan iseng meletakan disitu ketika direhab tahun 1970an yang lalu?

Sempit, bukan untuk orang tinggi besar.


Bandingkan dengan pintu di Candi Boko.


Just Relax!

1 komentar:

  1. Wah akhirnya ketemu juga. Sudah beberapa hari dicari alhamdulillah jumpa. Kemaren si Bos ngasinya ndewur.blogspot. Pantesan gak ketemu2. Nah revisi terakhir diralat ndekwur. nah baru bisa ketemu. Senang lihat isinya yang terbaru khasanah budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
    Kapan2 pengen maen berkunjung ke Cheto & Sukuh. Semoga ada kesempatan dan waktu Insya Allah. Kalau nanti balik dari Dubai saya sempatkan waktu berkunjung kemari tentunya dengan bolo konco yang ada di Jogja. Semoga punya waktu dan kesempatan amiin.. Tetap selalu baru dan mencerahkan. Terima kasih Bos hehehhehe..

    BalasHapus